Thursday, June 8, 2017

METODE JOB EVALUATION

METODE JOB EVALUATION


1. Metode Kualitatif

A. Ranking Method
- Merupakan metode evaluasi jabatan yang dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan antara jabatan yang satu dengan jabatan yang lain. Indikatior penilaian yang digunakan adalah :
1. Bila jabatan yang dinilai ternyata lebih penting (more important) dibandingkan dengan jabatan lain maka memperoleh nilai 2
2. Bila jabatan yang dinilai sama penting (same important) dengan jabatan lain maka memperoleh nilai 1
3. Bila jabatan yang dinilai ternyata kurang penting (less important) dibandingkan dengan jabatan lain memperoleh nilai 0


- Tahap-tahap terdiri dari :

1. Tahap awal dari metode ini adalah melakukan pemeringkatan jabatan atau pekerjaan untuk setiap divisi atau departemen.
Pemeringkatan dapat dilakukan berdasarkan uraian dan spesifikasi serta persyaratan jabatan. Dalam hal ini harus ditetapkan apa jabatan atau pekerjaan yang paling sukar sampai yang paling mudah.
Misalnya untuk divisi atau departemen penjualan, peringkat jabatannya adalah manajer penjualan, kepala cabang, supervisor penjualan, kepala bagian administrasi penjualan, salesman, staf administrsai penjualan. Divisi atau departemen lainnya juga harus menyusun pemeringkatan serupa untuk jabatan-jabatan atau pekerjaan di divisinya masing-masing.

2.  Setelah semua divisi menyerahkan pemeringkatan jabatannya, maka ditunjuk suatu komite untuk menentukan ranking atau peringkat jabatan untuk seluruh perusahaan.
Biasanya komite ini terdiri dari perwakilan setiap divisi. Komite mempelajari serta membandingkan setiap jabatan dan kemudian menetapkan peringkatnya. Dalam hal ini bisa saja terjadi bahwa satu atau lebih jabatan berada dalam peringkat yang sama, misalnya supervisor administrasi penjualan, kepala bagian umum dan supervisor produksi memiliki peringkat jabatan yang sama.



3. Hasil komite kemudian dijadikan dasar untuk menetapkan golongan penggajian.
- Kelebihan :  Metode ini sangat sederhana dan hanya sesuai untuk organisasi kecil dengan jabatan yang tidak terlalu banyak. Dalam kondisi ini masih dimungkinkan adanya beberapa orang yang cukup mengetahui dan menguasai semua jenis pekerjaaan yang ada di organisasi tersebut.
- Kekurangan :
1. jika organisasi perusahaan cukup besar, akan sukar untuk mengetahui dan menguasai pekerjaan yang ada, sehingga dapat dipastikan hasilnya akan kurang teliti dan dapat menimbulkan keresahan di kalangan pekerja
2.  jabatan-jabatan tersebut dibandingkan tanpa standar tertentu.

B. Classification Method (Job Grading)
· Disusun klas-klas jabatan dengan deskripsi jabatan yang bersifat umum
· Setelah itu jabatan-jabatan yang akan dinilai dibandingkan dengan deskrpsi jabatan tersebut dalam klas-klas jabatan.
· Kelebihan: mudah  dan murah
· Kekurangan: tidak efektif untuk diterapkan ke perusahaan besar

2. Metode Kuantitatif

A. The Factor Comparison Method
· Metode ini merupakan bentuk lain dari ranking method, hanya pada metode ini telah dilakukan pembobotan secara sederhana untuk setiap pekerjaan dengan membandingkannya terhadap keseluruhan pekerjaan yang ada di suatu organisasi.

· Tahap-tahap terdiri dari :
1. Setiap jabatan dibandingkan dengan seluruh jabatan lainnya yang ada dalam organisasi tersebut
2. Kemudian diberi nilai atau bobot dengan ketentuan :
- nilai 0, jika jabatan tersebut lebih rendah bobotnya daripada jabatan yang diperbandingkan.
- nilai 1, jika jabatan tersebut sama bobotnya dengan jabatan yang diperbandingkan
- nilai 2, jika jabatan tersebut lebih tinggi bobotnya dari jabatan yang diperbandingkan.
3. Seluruh nilai bobot yang diperoleh suatu jabatan di jumlahkan untuk mendapatkan nilai bobot akhirnya.
4. Nantinya setelah seluruh jabatan mendapatkan nilai bobot akhir, maka di buat peringkat jabatan dari jabatan yang nilainya tertinggi sampai yang terendah.
·   Seperti halnya dengan ranking method, pada metode ini pemeringkatan juga dilakukan oleh suatu tim atau komite yang terdiri dari perwakilan setiap departemen atau divisi dan orang-orang yang mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang ada di dalam perusahaan. Hasil analisa jabatan seperti uraian jabatan, spesifikasi jabatan serta persyaratan jabatan juga akan sangat membantu dalam menetapkan perbandingan antara satu jabatan dengan jabatan lainnya.
·   Kelebihan : cukup sederhana dan mudah dilakukan, tidak memerlukan keterampilan khusus bagi orang yang melakukannya.
·    Kekurangan : hasilnya kurang tajam dan kurang memiliki derajat pembeda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya, penilaian masih kasar dan tidak langsung

B. Point Method
· Metode ini dipandang lebih teliti dan objektif dalam menentukan nilai suatu jabatan. Untuk dapat menggunakan metode ini organisasi sudah harus memiliki uraian jabatan yang lengkap disertai dengan spesifikasi dan persyaratan jabatan.
· Tahap-tahap terdiri dari :
1. Pada awalnya, organisasi menetapkan faktor-faktor jabatan yang akan dijadikan landasan untuk melakukan evaluasi
2. kemudian untuk setiap faktor ditentukan tingkatannya
3. kemudian setiap faktor atau gabungan beberapa faktor dibuat bobotnya sehingga pada akhirnya dapat diperoleh nilai (point) untuk setiap jabatan atau pekerjaan
4. Setelah semua jabatan mempunyai nilai, yang biasanya dilakukan melalui forum khusus antara komite dengan perwakilan setiap divisi atau departemen, akhirnya dapat ditetapkan penggolongan jabatan.



5. Misal :
Berikut secara ringkas akan diuraikan proses evaluasi jabatan yang pernah dilakukan di salah satu perusahaan minyak asing diIndonesia. Pada perusahaan tersebut, jabatan-jabatan yang ada dievaluasi berdasarkan 2 faktor utama yaitu : skills dan responsibility. Skills terdiri dari tiga dimensi yaitu keahlian yang diperlukan (trade), tingkat pemecahan masalah (problem solving) dan kewenangan menetapkan keputusan (autonomy). Sedangkan responsibity terbagi atas dimensi dampak kesalahan (impact) dan aspek administrasi (administration aspect), serta peralatan yang digunakan (equipment) dan jumlah bawahan (personnel).
Setiap dimensi memiliki definisi khusus yang terdiri dari 5 tingkatan, semakin tinggi tingkatan menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesulitan pekerjaan/jabatan tersebut. Sebagai contoh dimensi tingkat pemecahan masalah terdiri dari :
-          Tingkatan 1 : hubungan antara fakta dan konsep dalam memecahkan masalah sangat jelas, hampir tidak diperlukan kemampuan analisa dan pemikiran strategis.
-          Tingkatan 2 : hubungan antara fakta dan konsep dalam pemecahan masalah cukup mudah dilihat dan dapat dipelajari melalui pengalaman atau pengetahuan sehari-hari
-          Tingkatan 3 : masalah yang dihadapi cukup kompleks dan berhubungan satu sama lain. Pemegang jabatan harus mampu menemukan hubungan antara setiap elemen permasalahan
-          Tingkatan 4 : masalah terdiri dari berbagai elemen yang hubungannya satu sama lain tidak terlalu jelas. Kemampuan menetapkan pendekatan yang disertai alasan logis diperlukan untuk memecahkan masalah
-          Tingkatan 5 : masalah sangat tidak jelas dan berubah dengan cepat. Elemen yang diketahui sangat terbatas dan pemangku jabatan harus mampu menangkap elemen-elemen baru untuk memecahkan masalah. Seringkali masalah merupakan hal yang baru dan belum pernah dialami sama sekali oleh organisasi.
·        Komite harus menentukan tingkatan dimensi untuk setiap jabatan, yang biasanya dilakukan melalui wawancara langsung dengan pemegang jabatan dan atasannya ataupun jika dipandang perlu dengan rekan-rekan kerjanya. Setelah didapatkan semua tingkatan dimensi, nilai tersebut dikonversikan menurut tabel yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga didapatkan nilai untuk skills dan responsibility setiap jabatan.
·        Kelebihan : lebih teliti dan lebih objektif serta lebih luwes
·        Kekurangan : tidak mampu menghadapi perubahan-perubahan ekonomi yang dapat mempengaruhi struktur pengupahannya.

Metode Taguchi Atau Robust Design

Pengertian Metode Taguchi Atau Robust Design


Pengertian Metode
Metode Taguchi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat mendapat tugas untuk memperbaiki sistem komunikasi di Jepang. Dr. Genichi Taguchi memiliki latar belakang engineering, juga mendalami statistika dan metematika tingkat lanjut, sehingga ia dapat menggabungkan antara teknik statistik dan pengetahuan engineering. Ia mengembangkan metode Taguchi untuk melakukan perbaikan kualitas dengan metode percobaan ‘baru’, artinya melakukan pendekatan lain yang memberikan tingkat kepercayaan yang sama dengan SPC (Statistical Process Controll).

Taguchi memiliki pandangan yang berbeda mengenai kualitas, ia tidak hanya menghubungkan biaya dan kerugian dari suatu produk saat proses pembuatan produk tersebut, akan tetapi juga dihubungkan pada konsumen dan masyarakat. “Kualitas adalah kerugian setelah produk digunakan oleh masyarakat di samping kerugian yang disebabkan oleh mutu produk itu sendiri”.
Taguchi menghasilkan disiplin dan struktur dari disain eksperimen. Hasilnya adalah standarisasi metodologi disain yang mudah diterapkan oleh investigator. Adapun konsep Taguchi adalah :

1. Kualitas seharusnya didisain ke dalam suatu produk dan bukan diinspeksi ke dalamnya.
2. Kualitas dapat diraih dengan baik dengan cara meminimasi deviasi target.
Produk tersebut harus dirancang sedemikian rupa hingga dapat mengantisipasi faktor lingkungan yang tak terkontrol.
3. Biaya dari kualitas seharusnya diperhitungkan sebagai fungsi deviasi dari standar yang ada dan kerugiannya harus diperhitungkan juga kedalam sistem.
Konsep Taguchi dibuat dari penelitian W.E. Deming, bahwa 85% kualitas yang buruk diakibatkan oleh proses manufacturing dan hanya 15% dari pekerja. Di dalam metode Taguchi hasil eksperimen harus dianalisa untuk dapat memenuhi satu atau lebih kondisi berikut ini :

1. Menentukan kondisi yang terbaik atau optimum untuk sebuah produk atau sebuah proses.
2. Memperkirakan kontribusi dari masing-masing faktor.
3. Memperkirakan respon atau akibat yang mungkin dari kondisi optimum.


Kelebihan dan Kekurangan Metode Taguchi
Kelebihan dari penggunaan metode Taguchi adalah :
1. Dapat mengurangi jumlah pelaksanaan percobaan jika dibandingkan dengan menggunakan percobaan full factorial, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.
2. Dapat melakukan penghematan terhadap rata-rata dan variasi karakteristik kualitas sekaligus, sehingga ruang lingkup pemecahan masalah lebih luas.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik kualitas melalui perhitungan Average dan Rasio S/N, sehingga faktor- faktor yang berpengaruh tersebut dapat diberikan perhatian khusus.
Sedangkan kekurangan dari metode Taguchi ini adalah apabila percobaan ini dilakukan dengan banyak faktor dan interaksi, akan terjadi pembauran beberapa interaksi oleh faktor utama. Akibatnya, keakuratan hasil percobaan akan berkurang, jika interaksi yang diabaikan tersebut memang benar-benar berpengaruh terhadap karakteristik yang diamati.


Seven Point Taguchi
Menurut Robert H. Lochner & Joseph E. Matar (1990), filosofi Taguchi dapat dirangkum menjadi 7 elemen dasar (seven point Taguchi) :
1. Dimensi penting dari kualitas produk yang diproduksi adalah total kerugian yang diteruskan oleh produk tersebut ke konsumen.
2. Dalam era ekonomi yang penuh persaingan, perbaikan kualitas secara terus menerus dan pengurangan biaya adalah penting untuk dapat bertahan dalam bisnis.
3. Perbaikan yang terus menerus meliputi pengurangan variasi dari karakteristik produk dari nilai target mereka.
4. Kerugian yang diderita konsumen akibat produk yang bervariasi seringkali mendekati proporsi deviasi kuadrat dari karakteristik dari nilai targetnya.
5. Kualitas akhir dan biaya proses produksi ditentukan oleh perluasan yang besar dari desain engineering dari produk dan proses produksinya.
6. Variasi dari produk atau proses dapat dikurangi dengan mengeksploitasikan efek nonlinear dari parameter produk atau proses pada karakteristik.
7. Desain eksperimen statistik dapat digunakan untuk mengidentifikasi setting parameter dari produk atau proses yang akhirnya dapat mengurangi variasi.

Tahap-tahap dalam Desain Produk / Proses Menurut Taguchi
Dalam metode Taguchi terdapat 3 tahap untuk mengoptimasi desain produk atau produksi yaitu :

1. System Design
Merupakan tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap konseptual pada pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin berasal dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam / teknik, perubahan baru atau kombinasinya. Tahap ini adalah untuk memperoleh ide-ide baru dan mewujudkannya dalam produk baru atau inovasi proses.

2. Parameter Design
Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau prototype matematis berdasarkan tahap sebelumnya melalui percobaan secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting parameter yang akan memberikan performasi rata-rata pada target dan menentukan pengaruh dari faktor gangguan pada variasi dari target.

3. Tolerance Design
Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk.

Karakteristik Kualitas menurut Taguchi
Setiap produk didesain untuk menghasilkan fungsi tertentu. Beberapa karakteristik pengukuran, biasanya menunjukkan karakteristik kualitas, digunakan untuk mengekspresikan sejauh mana sebuah produk menjalankan fungsinya. Di dalam banyak kasis, karakteristik kualitas biasanya merupakan kuantitas pengukuran tunggal seperti berat, panjang, jam. Beberapa pengukuran subjektif produk seperti “baik”, “buruk”, dan “rendah” juga kerap kali digunakan.

Karakteristik kualitas adalah hasil suatu proses yang berkaitan dengan kualitas. Karakteristik kualitas yang terukur menurut Taguchi dapat dibagi menjadi 3 kategori (Peace, {1993}, h 46) :

1. Nominal is the best
Karakteristik kualitas yang menuju suatu nilai target yang tepat pada suatu nilai tertentu. Yang termasuk kategori ini adalah :

Berat Panjang Lebar Kerapatan Ketebalan Diameter Luas Kecepatan Volume Jarak Tekanan Waktu

2. Smaller the better
Pencapaian karakteristik dimana apabila semakin kecil (mendekati nol; nol adalah nilai ideal dalam hal ini) semakin baik. Contoh yang termasuk kategori ini adalah: Pemborosan Panas Persen Kontaminasi Hambatan Penyimpangan Kebisingan Produk Gagal Waktu Proses Waktu Respon Kerusakan

3. Larger the better
Pencapaian karakteristik kualitas semakin besar semakin baik (tak terhingga sebagai nilai idealnya). Contoh dari karakteristik ini adalah :

Kekuatan Kekuatan Tarik Efisiensi
Waktu antar Kerusakan Ketahanan Terhadap Korosi


Orthogonal Array (OA)
Orthogonal Array (OA) merupakan salah satu bagian kelompok dari percobaan yang hanya menggunakan bagian dari kondisi total, dimana bagian ini barangkali hanya separuh, seperempat atau seperdelapan dari percobaan faktorial penuh.

Orthogonal Array diciptakan oleh Jacques Handmard pada tahun 1897, dan mulai diterapkan pada perang dunia II oleh Plackett dan Burman. Matriks Taguchi secara matematis identik dengan matriks Hardmard, hanya kolom dan barisnya dilakukan pengaturan lagi. Keuntungan Orthogonal Array adalah kemampuannya untuk mengevaluasi beberapa faktor dengan jumlah percobaan yang minimum. Jika pada percobaan terdapat  7 faktor dengan level 2, maka jika menggunakan full factorial akan diperlukan 27 buah percobaan. Dengan Orthogonal Array, jumlah percobaan yang perlu dilakukan dapat dikurangi sehingga akan mengurangi waktu dan biaya percobaan.

Orthogonal Array metode Taguchi telah menyediakan berbagai matriks OA untuk pengujian faktor-faktor dengan 2 dan 3 level dengan kemungkinan untuk pengujian multiple level (Ross,[1998],h.70). 

Langkah-langkah Pelaksanaan Percobaan Taguchi atau Robust Design
1. Penentuan Variabel Tak Bebas (Karakteristik Kualitas)
Variabel tak bebas adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel-variabel lain. Dalam merencanakan suatu percobaan harus dipilih dan ditentukan dengan jelas variabel tak bebas mana yang diselidiki.

Dalam percobaan Taguchi, variabel tak bebas adalah karakteristik kualitas yang terdiri dari tiga kategori :
a. Measurable Characteristic ( Karakteristik yang dapat diukur ) : semua hasil akhir yang diamati dapat diukur dengan skala kontinu seperti dimensi, berat, tekanan, dan lain-lain. Dalam karakteristik yang dapat diukur dapat diklarifikasikan atas :

    Nominal is the best
    Smaller the better
    ƒLarger the better

b. Attribute Characteristic ( Karakteristik atribut ) : hasil akhir yang diamati tidak dapat diukur dengan skala kontinu, tetapi dapat diklarifikasikan secara kelompok. Seperti kelompok kecil, menengah, besar, sangat besar. Bisa juga dikelompokkan berdasarkan berhasil / tidak.
c. Dynamic Characteristic (Karakteristik dinamis ) : merupakan fungsi representasi dari proses yang diamati. Proses yang diamati digambarkan sebagai signal atau input dan ouput sebagai hasil dari signal.

2. Identifikasi Faktor-faktor (Variabel Bebas)
Variabel bebas ( faktor ) adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Pada tahap ini faktor-faktor yang akan diselidiki pengaruhnya terhadap variabel tak bebas yang bersangkutan diidentifikasi. Dalam suatu percobaan tidak seluruh faktor yang diperkirakan mempengaruhi varabel yang diselidiki, hal ini akan membuat pelaksanaan percobaan dan analisanya menjadi kompleks. Hanya faktor-faktor yang dianggap penting saja yang diselidiki. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang akan diteliti adalah dengan :

a. Brainstorming
Brainstorming merupakan pemikiran kreatif tentang pemecahan suatu masalah, tanpa melihat apakah yang diungkapkan itu masuk akal atau tidak. Brainstorming akan lebih baik jika dimulai dengan diskusi kelompok, untuk memberikan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi ditinjau dari semua sudut pandang yang berbeda. Kemudian setiap orang pada diskusi ini mengungkapkan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh pada masalah yang dihadapi tanpa takut dikritik oleh orang lain, sebab mungkin pendapat dan pandangan satu orang berbeda dengan pendapat yang lain tentang suatu masalah. Setelah semua faktor-faktor yang diungkapkan dicatat, dilakukan penyaringan menjadi faktor yang akan diamati dan faktor yang diabaikan. Pada tahap ini pemulihan berdasarkan pembatasan urgensi masalah, masalah teknis, kemungkinan pelaksanaan dan lain-lain.

b. Flowcharting
Pada metode ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor melalui flowchart proses pembuatan obyek yang diamati. Dengan melihat pada flowchart maka untuk masing-masing tahap diidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh.

c. Cause-effect diagram
Diagram ini sering disebut Diagram Ishikawa, merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi penyebab- penyebab (faktor-faktor) yang potensial.

Dimulai dengan menyatakan variabel bebas yang akan diamati. Kemudian secara sistematik diurutkan penyebab yang mungkin berpengaruh pada variabel tak bebas yang diamati. Akibat ada di sebelah kanan dan penyebab ada di sebelah kirinya dengan garis miring penghubung. Dari sebab-sebab utama dapat dijabarkan beberapa penyebab yang lebih spesifik sebagai penyebab sekunder. Biasanya penyebab utama terdiri atas material, mesin, peralatan, metode, operator atau penyebab lainnya.

3. Pemisahan Faktor Kontrol dan Faktor Gangguan
Faktor-faktor yang diamati terbagi atas faktor kontrol dan faktor gangguan. Dalam metode Taguchi keduanya perlu diidentifikasi dengan jelas sebab pengaruh antar kedua faktor tersebut berbeda.

Faktor kontrol adalah faktor yang nilainya dapat dikendalikan, atau faktor yang nilainya ingin kita kendalikan. Sedangkan faktor gangguan ( noise factor ) adalah faktor yang nilainya tidak bisa kita kendalikan, atau faktor yang nilainya tidak ingin kita kendalikan (Peace, [1993],h.77). Walaupun dapat kita kendalikan, faktor gangguan akan mengeluarkan biaya yang mahal. Faktor gangguan terdiri atas (Belavendram,[1995],h.43) :

ƒ External ( outer ) noise
Semua gangguan dari kondisi lingkungan atau luar produksi.
ƒ Internal ( inner ) noise
Semua gangguan dari dalam produksi sendiri.
ƒ Unit to unit noise

Perbedaan antara unit yang diproduksi dengan spesifikasi yang sama.

4. Penentuan Jumlah Level dan Nilai Level Faktor
Pemilihan jumlah level penting artinya untuk ketelitian hasil percobaan dan ongkos pelaksanaan percobaan. Makin banyak level yang diteliti maka hasil percobaan akan lebih akan lebih teliti karena data yang diperoleh lebih banyak. Tetapi banyaknya level akan meningkatkan jumlah pengamatan sehingga menaikkan ongkos percobaan.

Level faktor dapat dinyatakan secara kuantitatif seperti temperatur : 20°C, 35°C ; kecepatan : 30 km/jam, 45 km/jam dan lainnya. Dapat pula dinyatakan secara kualitatif jika skala numerik tidak digunakan pada level faktor tersebut. Level juga dapat dinyatakan secara fixed seperti tekanan, temperatur, waktu, dan lain-lain atau dipilih secara random dari beberapa kemungkinan yang ada seperti pemilihan mesin, operator dan lainnya.

5. Identifikasi Interaksi Faktor Kontrol
Interaksi muncul ketika dua faktor atau lebih yang mengalami perlakuan secara bersama akan memberikan hasil yang berbeda pada karakteristik kualitas jika dibandingkan faktor yang mengalami perlakuan secara sendiri-sendiri (Peace,[1993],h.85).

Kesalahan dalam penentuan interaksi akan berpengaruh pada kesalahan interpretasi data dan kegagalan pada penentuan proses yang optimal. Tetapi Taguchi lebih mementingkan pengamatan pada penyebab utama sehingga adanya interaksi diusahakan seminimal mungkin, tetapi tidak dihilangkan sehingga perlu dipelajari kemungkinan hadirnya interaksi (Peace,[1993],h.86).

Jumlah interaksi yang terlalu banyak akan meningkatkan biaya percobaan dan tidak efisien dalam penggunaan waktu. Maka penentuan dilakukan hanya antar faktor yang mengalami interaksi saja. Ini tergantung pada jenis industri, proses engineering dan lain-lain.

6. Perhitungan Derajat Kebebasan (Degrees of Freedom)
Perhitungan derajat kebebasan dilakukan untuk menghitung jumlah minimum percobaan yang harus dilakukan untuk menyelidiki faktor yang diamati (Bagchi,[1993],h.114). 


8. Penugasan untuk Faktor dan Interaksinya pada Orthogonal Array
Penugasan faktor-faktor baik berupa faktor kontrol maupun gangguan dan interaksi-interaksinya pada orthogonal array terpilih dengan memperhatikan :
1. Grafik Linear
2. Table Triangular

Kedua hal tersebut merupakan alat bantu penugasan faktor yang dirancang oleh Taguchi. Grafik linear mengidentifikasi berbagai kolom kemana faktor-faktor dapat ditugaskan dan kolom berikutnya mengevaluasi interaksi dari faktor-faktor tersebut. Table triangular berisi semua hubungan interaksi-interaksi yang mungkin antara faktor-faktor ( kolom-kolom) dalam suatu OA (Ross,[1988],h.78-80).

9. Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan
Persiapan percobaan meliputi penentuan jumlah replikasi dan randomisasi pelaksanaan percobaan.

a. Jumlah Replikasi
Replikasi diperlukan dengan tujuan sebagai berikut :
• Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen.
• Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata dari suatu faktor.

Selain itu, dikemukakan pula bahwa penambahan replikasi akan mengurangi tingkat kesalahan percobaan secara bertahap, namun jumlah replikasi dalam suatu percobaan dibatasi oleh sumber yang ada yaitu waktu, tenaga, biaya, dan fasilitas.

b. Randomisasi
Dalam percobaan, selain faktor-faktor yang diselidiki pengaruhnya terhadap suatu variabel, juga terdapat faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan atau tidak diinginkan seperti kelelahan operator, naik atau turun daya mesin, dan lain-lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil percobaan. Pengaruh faktor-faktor tersebut diperkecil dengan menyebarkan pengaruh selama percobaan melalui randomisasi (pengacakan) urutan percobaan.

Secara umum randomisasi dimaksudkan untuk :
• Meratakan pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan pada semua unit percobaan.
• Memberikan kesempatan yang sama pada setiap unit percobaan untuk menerima suatu perlakuan sehingga diharapkan ada kehomogenan pengaruh dari setiap perlakuan yang sama.
• Mendapatkan hasil pengamatan yang bebas (independent) satu sama lain.

Jika replikasi dengan tujuan yang memungkinkan dilakukannya test signifikan, maka randomisasi bertujuan menjadikan test tersebut valid dengan menghilangkan sifat bias.

Pelaksanaan percobaan Taguchi adalah melakukan pengerjaan berdasarkan setting faktor pada OA dengan jumlah percobaan sesuai jumlah replikasi dan urutan seperti pada randomisasi.

10. Analisis Data
Pada analisis dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, yaitu meliputi pengumpulan data, perhitungan serta penyajian data yang sesuai dengan suatu percobaan yang dipilih.

Pada analisis data ini dilakukan dengan menggunakan metode uji hipotesis 2 proporsi dengan menggunakan Minitab14.



Capek baca ya bosku : intip bule lagi pemanasan di Bali



Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
• Stat
• Basic Statistic
• 2 – Proportion
• Pilih summarized data, lalu isi kolom yang tersedia sesuai dengan data yang ada
• Pilih Option, lalu isi kolom yang tersedia
• Klik OK

Selain itu dilakukan perhitungan dan pengujian data dengan penerapan rumus-rumus pada data hasil percobaan. Pengolahan data yang dilakukan terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu perhitungan main effect dan perhitungan tambahan lainnya seperti loss function.

11. Perhitungan Main Effect
Yang dimaksud dengan main effect adalah pengaruh dari masing-masing faktor dan interaksi terhadap hasil. Perhitungannya sendiri terbagi menjadi dua metode, yaitu :

ƒ Metode Average / Metode Standar (Metode Rata-rata)
Perhitungan dengan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor dan interaksi terhadap nilai tengah dari hasil yang diharapkan.

ƒ Metode S/N Rasio (Signal to Ratio)
Perhitungan dengan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor dan interaksi terhadap sebaran dari hasil yang diharapkan.

Rasio S/N digunakan untuk memilih faktor-faktor yang memiliki kontribusi pada pengurangan variansi suatu respon. Rasio S/N merupakan rancangan untuk transformasi pengulangan data (paling sedikit dua untuk satu trial) ke dalam suatu nilai yang merupakan ukuran variansi yang timbul (Ross.[1988],h.172).

Terdapat beberapa jenis rasio S/N sesuai dengan tipe karakteristik kualitas yaitu smaller the better, nominal is the best, dan larger the better. Rasio S/N yang digunakan untuk mengevaluasi trial-trial percobaan tergantung pada tipe karakteristik kualitas yang diamati. Taguchi mengkategorikan faktor-faktor menjadi Controllable Factors dan Noise Factors. Sebagai contoh, pada percobaan pembuatan kue, terdapat faktor-faktor yang dapat diidentifikasi yaitu faktor gula, mentega, telur, susu, dan tepung. Dan semua faktor-faktor tersebut disebut Controlled Factors karena dapat dikendalikan. Selain itu juga terdapat faktor-faktor eksternal yang tidak didisain ke dalam percobaan yang mempengaruhi hasil percobaan, misalnya faktor kelembaban, distribusi suhu oven, dan lain-lain. Faktor-faktor eksternal ini disebut

Noise Factors dan pengaruhnya terhadap hasil keluaran percobaan dinamakan noise.
Rasio S/N bertujuan untuk mengukur sensitifitas dari karakteristik kulaitas dari faktor yang dapat dikontrol terhadap pengaruh faktor eksternal yang tidak dikontrol. Dalam suatu percobaan bertujuan untuk mendapat nilai rasio S/N terbesar, karena dengan semakin besar rasio S/N maka variasi produk disekitar nilai target semakin kecil.

Untuk menganalisa hasil eksperimen yang terjadi dari dua pengulangan atau lebih sebaiknya menggunakan rasio S/N daripada menggunakan metode average, karena rasio S/N akan memberi 2 macam keuntungan yaitu :
• Rasio S/N menyediakan petunjuk untuk memilih level optimum berdasarkan variasi minimum disekitar target dan juga nilai rata-rata yang mendekati target.
• Rasio S/N menawarkan perbandingan objektif diantara 2 set percobaan yang dilihat dari variasi di sekitar target dan penyimpangan rata-rata dari nilai target. Rumus S/N Ratio :
S / N = −10 log10 (MSD)

MSD (Mean Square Deviation) memiliki 3 jenis, tergantung dari karakteristik kualitas yang dipakai, yaitu Smaller the better, Nominal is the best, Larger the better.

12. Taguchi’s Quality Loss Function
Tujuan dari Quality Control adalah untuk mengontrol atau mengendalikan variasi fungsional dan masalah-masalah yang berkaitan. Oleh karena tidak adanya evaluasi secara kuantitatif terhadap masalah kualitas dan kerugian kualitas, masalah-masalah dari QC dan pemecahannya dilihat secara subyektif. Tujuan dari Quality Cost Function adalah untuk mengevaluasi secara kuantitatif dari kerugian kualitas yang disebabkan oleh variasi fungsional.

Friday, March 3, 2017

COST AND BENIFIT ANALISIS & NET PRESENT VALUE METHOD




COST AND BENIFIT ANALISIS & NET PRESENT VALUE METHOD






PENDAHULUAN


               Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga membutuhkan sumber-sumber daya.
               Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau manfaat-manfaat yang baru.Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, sebelum sistem informasi dikembangkan, maka perlu dihitung kelayakan ekonomisnya.
               Teknik untuk menilai ini disebut dengan analisis biaya/keuntungan (cost/benefit analysis).Analisis biaya/keuntungan disebut juga dengan analisis biaya/efektivitas (cost/ effectivenss analysis). Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada langganan yang lebih baik. Keuntungan yang sulit diukur langsung dengan nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menaksir efektivitasnya.





PEMBAHASAN

1.Komponen Penilaian Dalam Cost & Benefits Analysis
               Sesuai dengan namanya, Cost & Benefit Analysis didasarkan pada dua komponen penilaian, yaitu komponen biaya dan komponen manfaat. Menurut Frederick H. Wu dalam bukunya  Accounting Information Systems, Theory and Practice, komponen biaya yang berhubungan dengan  pengembangan sebuah  sistem informasi dapat diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu :
1)Procurement Cost
               Procurement Cost atau biaya pengadaan  adalah  semua biaya yang  dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan hardware. Diantaranya adalah seperti  : biaya konsultasi pengadaan hardware, biaya pembelian hardware, biaya  instalasi  hardware, biaya fasilitas  (ruang, ac, dll.), biaya modal untuk pengadaan hardware, biaya manajerial dan personalia untuk pengadaan hardware. Biaya pengadaan  ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama  (initial cost) sebelum system dioperasikan, kecuali apabila pengadaan hardware dilakukan dengan cara leasing.  

2)Start Up Cost
               Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap  untuk dioperasionalkan. Biaya-biaya persiapan operasional meliputi : biaya pembelian software system informasi berikut instalasinya, biaya instalasi perangkat komunikasi/jaringan, biaya reorganisasi, biaya  manajerial  dan personalia untuk  persiapan operasional.
Sama dengan biaya pengadaan, biaya persiapan operasional ini juga merupakan “initial cost”. 

3)Project Related Cost
Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. Biaya proyek diantaranya adalah :  biaya analisis system; seperti biaya untuk mengumpulkan data, biaya dokumentasi (kertas, fotocopy, dll), biaya rapat, biaya staff analis, biaya  manajerial  dalam tahap analisis  sistem;  biaya disain sistem; seperti biaya dokumentasi, biaya rapat, biaya  staff  analis, biaya staff pemrograman, biaya pembelian  software aplikasi, biaya manajerial dalam tahap desain  sistem,  biaya penerapan  sistem; seperti  biaya pembuatan  form baru, biaya konversi data, biaya pelatihan sumber daya manusia, biaya manajerial dalam tahap penerapan sistem.
Bila sistem dikembangkan secara  “outsourcing” dengan menggunakan konsultan dari luar perusahaan, maka diperlukan biaya tambahan, yaitu biaya konsultasi.



4)Ongoing and Maintenance Cost
Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional  adalah biaya untuk mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik. Sedangkan biaya perawatan adalah biaya untuk merawat sistem dalam masa pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya operasi dan perawatan sistem adalah : biaya personalia  (operator, staff administrasi, staff pengolah data,  staff  pengawas data), biaya overhead (telepon,  listrik, asuransi, keamanan, supplies), biaya perawatan hardware (reparasi, service), biaya perawatan software  (modifikasi program, penambahan modul program), biaya perawatan peralatan dan  fasilitas, biaya manajerial  dalam operasional  sistem, biaya  kontrak untuk konsultan selama operasional sistem, biaya depresiasi.
Biaya operasional dan perawatan biasanya terjadi secara rutin selama usia operasional sistem.
Sedangkan komponen manfaat atau  - dalam hal ini dapat disebut pula sebagai - efektivitas yang di dapat dari sebuah sistem informasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a)Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan biaya.
b) Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan.
c)Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatan kecepatan aktivitas.
d)Manfaat atau efektifitas yang didapat dari  peningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen.
Manfaat atau efektifitas dari sebuah  sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu : tangible benefits dan intangible benefits. 

Tangible Benefits atau manfaat  keuntungan yang  berwujud adalah  keuntungan penghematan-penghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan  yang  dapat di  ukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai moneter/uang. Diantaranya adalah : keuntungan dari pengurangan  biaya operasional,  keuntungan  dari pengurangan kesalahan-kesalahan proses, keuntungan  dari pengurangan biaya telekomunikasi, keuntungan akibat  peningkatan penjualan, keuntungan akibat pengurangan biaya persediaan, dan keuntungan akibat pengurangan kredit yang tidak tertagih.

Intangible Benefits  atau manfaat  keuntungan yang tidak berwujud adalah  nilai keuntungan  yang sulit atau tidak mungkin  di ukur dalam bentuk satuan nilai moneter/uang. Diantaranya adalah seperti  : keuntungan akibat peningkatan pelayanan yang  lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan kepuasan kerja sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat peningkatan pengambilan keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible benefits sulit untuk diukur dalam satuan nilai moneter/uang, karena itu  cara pengukurannya dapat dilakukan  dengan menggunakan penaksiran. Sebagai contoh : kualitas pelayanan kepada pelanggan yang menjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk intangible benefits. Dan tentu saja akan sulit untuk mengukur dalam satuan nilai uang peningkatan pelayanan yang lebih baik tersebut. Dan untuk itu dapat dilakukan analisis seperti yang dicontohkan berikut ini.
Akibat yang  akan didapat dari pelayanan yang  ‘kurang baik’ kepada pelanggan  tentunya adalah : terjadinya pengurangan pemesanan pelanggan, bahkan sampai pada kemungkinan pelanggan tidak akan melakukan pemesanan kembali kepada perusahaan. Jumlah pengurangan pesanan pelanggan akibat pelayanan yang  kurang baik dapat diukur  dengan menaksirnya bersama-sama pemakai sistem dengan cara seperti berikut.

Misalnya berdasarkan taksiran yang dibuat didapat data bahwa :
Diperkirakan sebesar 55% pelanggan akan mengurangi 9% pesanannya, sebesar 20% pelanggan akan mengurangi 40% pesanannya, sebesar 10% pelanggan akan mengurangi 80% pesanannya, dan sebesar 5% pelanggan akan mengurangi 100% pesanannya. Maka taksiran kehilangan pesanan pelanggan perusahaan dapat dihitung seperti dibawah ini.

Kehilangan pesanan  : (55%x9%)+(20%x40%)+(10%x80%)+(5%x100%)
                                        : (4.95%+8%+8%+5%)
                                        : 25.95 % 

Artinya  : akibat dari pelayanan yang kurang baik maka 25,95% dari  pesanan penjualan akan hilang.
Jika pelanggan melakukan pemesanan setiap tahunnya rata-rata sebesar Rp. 5.000.000-, maka diperkirakan akan terjadi kehilangan pemesanan pelanggan sebesar 25.95% dari keseluruhan rata-rata pemesanan pelanggan  per tahunnya,  yaitu sebesar  Rp.5.000.000, x25.95% : Rp. 1.297.500,-.
Dan jika perusahaan memiliki misalnya  100 pelanggan saat  itu, maka  dapat diperkirakan jumlah total dari kehilangan pemesanan adalah : 100xRp.1.297.500,- : Rp.129.750.000, Analisis ini  dapat digunakan oleh manajemen sebagai dasar untuk mengukur  intangible benefits.

2.Cost & Benefits Analysis
Setelah komponen biaya dan manfaat diketahui, maka cost & benefits analysis bisa dilakukan untuk menentukan apakah sebuah proyek sistem informasi layak atau tidak. Dalam analisa suatu investasi, terdapat dua aliran kas, aliran kas keluar (cash outflow) yang terjadi karena pengeluaran-pengeluaran untuk biaya investasi, dan aliran kas masuk (cash inflow) yang terjadi akibat manfaat yang dihasilkan oleh suatu  investasi. Aliran kas masuk atau yang sering dikatakan pula sebagai proceed, merupakan keuntungan  bersih sesudah pajak ditambah dengan depresiasi (bila depresiasi masuk dalam komponen biaya).
Adapun metode-metode7 yang digunakan dalam  cost &  benefits analysis diantaranya adalah  : payback period method, return on investment method, net present value method, dan internal rate of return method. Penjelasan dan contoh perhitungan dari metode-metode tersebut dapat dilihat dibawah ini.
1)Payback Period Method
Penilaian  proyek investasi  menggunakan  metode ini didasarkan  pada lamanya investasi  tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.
Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya adalah  sama, yaitu sebesar  Rp. 6.000.000,-. Maka  periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan.
Bila  cash inflow tiap tahun tidak sama  besarnya, maka harus dihitung satu-persatu sebagai  berikut. Berdasarkan data pada Lampiran-01, misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut  adalah 4 tahun dan  cash inflow setiap  tahunnya adalah seperti berikut ini :

  cash inflow tahun 1 sebesar Rp. 285.000.000,-
  cash inflow tahun 2 sebesar Rp. 372.500.000,-
  cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-
  cash inflow tahun 4 sebesar Rp. 542.250.000,-

Maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini adalah :
Nilai investasi    = Rp. 788.500.000,-
cash inflow tahun 1   = Rp. 285.000.000,-
Sisa investasi tahun 2   = Rp. 503.500.000,-
cash inflow tahun 2  = Rp. 372.500.000,-
Sisa investasi tahun 3  = Rp. 131.000.000,-
Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp. 131.000.000,-/Rp.  486.000.000,- = 0.2695 bagian. Kesimpulannya adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan. Dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan  payback period yang  ada dengan  maximum payback  period yang dianggap layak yang telah tetapkan sebelumnya. Misalnya maximum payback period  adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.



2)Return On Investment
Metode pengembalian investasi digunakan untuk mengukur prosentase manfaat yang dihasilkan oleh suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Sedangkan return on investment dari suatu proyek investasi dapat dihitung dengan rumus:

                   Total manfaat – Total biaya
 ROI =
                             Total biaya
Berdasarkan data  pada  Lampiran-01,  diketahui bahwa total manfaat dari  Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah :
             Manfaat tahun ke 1   = Rp.    346.000.000,-
             Manfaat tahun ke 2   = Rp.    440.000.000,-
             Manfaat tahun ke 3   = Rp.    565.000.000,-
             Manfaat tahun ke 4   = Rp.    627.500.000,-  +
             Total Manfaat            = Rp. 1.978.500.000,-

Sedang total biaya yang dikeluarkan adalah:
  Biaya tahun ke 0   = Rp.    788.500.000,-
  Biaya tahun ke 1   = Rp.      61.000.000,-
  Biaya tahun ke 2   = Rp.      67.500.000,-
  Biaya tahun ke 3   = Rp.      79.000.000,-
  Biaya tahun ke 4   = Rp.      85.250.000,-  +
  Total Biaya            = Rp. 1.081.250.000,-

ROI untuk proyek ini adalah sebesar : 
= ((Rp. 1.978.500.000 – Rp. 1.081.250.000,-)/Rp. 1.081.250.000,-) x 100%  = 82,98 %
Apabila suatu proyek investasi mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek tersebut  dapat diterima.  Pada  proyek ini  nilai ROI  nya adalah 0,8298 atau 82,98%, ini  berarti  proyek ini  dapat diterima,  karena proyek ini akan  memberikan keuntungan sebesar 82,98% dari total biaya investasinya.



3)Net Present Value Method
Metode nilai sekarang bersih merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Metode ini menggunakan suku bunga diskonto yang  akan mempengaruhi  cash inflow  atau arus dari  uang. Berbeda dengan metode payback period dan return on investment yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money) atau time preference of money. Dalam metode ini satu rupiah nilai uang sekarang lebih berharga dari satu rupiah nilai  uang dikemudian hari,  karena uang tersebut dapat diinvestasikan atau ditabung atau  didepositokan dalam jangka waktu tertentu dan akan mendapatkan tambahan keuntungan dari bunga. Net present value dapat dihitung dari selisih nilai proyek pada awal tahun dikurangi dengan tingkat bunga diskonto. Besarnya NPV dirumuskan sebagai berikut :
                                         Cash Inflow 1     Cash Inflow 2         Cash Inflow n
    NPV =  - nilai proyek +                        +                         + ···
                                                  (1+i)1                (1+i)2                        (1+i)n

Keterangan :  NPV  = net present value
    i  = tingkat suku bunga diskonto
   n   = umur proyek investasi

Bila nilai net present value > 0, berarti investasi menguntungkan dan dapat diterima. Berdasarkan data pada Lampiran - 01 akan coba dihitung besarnya nilai NPV dengan tingkat suku bunga diskonto yang diasumsikan adalah sebesar 15% pertahun. 

                                         285.000.000      372.500.000      486.000.000         542.250.000
NPV = - 788.500.000 +                        +                   +                         +
                                          (1+0,15)1        (1+0,15)2            (1+0,15)3            (1+0,15)4
  285.000.000      372.500.000      486.000.000       542.250.000
NPV = - 788.500.000 +                       +                      +                      +     
            1,15                    1,32                    1,52               1,75
NPV = - 788.500.000 + 247.826.087 + 282.196.969,7 + 319.736.842,1 + 309.857.142,9
NPV = 371.117.041,7
Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai NPV  untuk investasi Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah sebesar Rp. 371.117.041,7, ini berarti bahwa nilai NPV proyek tersebut > 0 sehingga proyek tersebut dapat diterima.


4)Internal Rate of Return Method
Sama seperti NPV metode tingkat pengembalian  internal  atau  IRR juga merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari  uang. Pada metode NPV  tingkat bunga  yang diinginkan telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita justru akan menghitung tingkat bunga tersebut.  Tingkat  bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga  yang  akan menjadikan jumlah nilai  sekarang dari tiap-tiap  cash inflow yang didiskontokan dengan tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari  initial cash outflow atau nilai proyek. Dengan kata  lain tingkat bunga ini  adalah merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat dibandingkan dengan  tingkat bunga pengembalian atau  rate of  return yang  diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebaliknya investasi tidak menguntungkan.
 Misalnya IRR  yang dihasilkan oleh sebuah proyek  adalah 25% yang berarti proyek  ini akan menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah 20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya.




1.KESIMPULAN


Hasil perhitungan yang didapat dari   ‘Cost & Benefits Analysis’ dengan menggunakan  alat-alat analisis financial seperti Payback Period, NPV, ROI dan IRR memang dapat dimanfaatkan dalam membantu  mengambil keputusan dalam menetapkan  kelayakan secara ekonomis sebuah Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen.  Namun demikian, mengingat sebuah proyek pengembangan sistem  informasi manajemen merupakan proyek yang memiliki apa yang disebut ‘intangible benefits’ maka kesuksesan analisis ini banyak tergantung pada keakuratan analisis berdasarkan data & informasi  yang digunakan dalam analisis  ini,  terutama yang  berkaitan dengan ‘intangible benefits yang dihasilkan  oleh proyek sistem  informasi manajemen tersebut. Dan setidaknya  dengan ‘Cost &  Benefits Analysis’ kita dapat memastikan secara ekonomis  untuk melanjutkan atau tidak sebuah proyek sistem informasi manajemen yang akan kita bangun.




Sumber :
1.  Raymond McLeod, Management Information Systems, 8th Edition, Prentice Hall International, 2001. Url : www.prenhall.com/mcleod
2.  Jogiyanto H.M., Analisis & Disain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis,  Edisi Kedua, Andi Offset Yogyakarta, 2001.
3.  Barry Render & Ralph M. Stair, Jr., Quantitative Analysis for Management, 7th Edition, Prentice Hall International, 2000. Url : www.prenhall.com/render
4.  Frederick H. Wu., Accounting Information Systems, Theory and Practice, McGraw Hill Book Company Japan, Tokyo, International Student Edition, 1984.
5.  Williams S. Davis., Systems Analysis and Design, A Structured Approach, Reading, Massachussetts : Addison Wesley Publishing Company, Inc., 1983.
6.  Jeffrey L. Whitten, System Analysis & Design Methods, 5th Edition, McGrawHill, 2001.